JANGKRIK & TOKEK

HARGA JANGKRIK :
Telur jangkrik  Rp 250.000,-/ Kg
Jangkrik hidup Rp. 40.000,-/Kg
Jangkrik kering Rp 96.000/Kg
Jangkrik Tepung  Rp 150.000,-
1ons Telur bisa menjadi 10kg Jangkrik


HARGA TOKEK :
  80-100g      Harga Rp     250.000,-
100-150g      Harga Rp     500.000,-
250-300g      Harga RP   7500.000,-
310-340g      Harga Rp      200 juta
340-350g      Harga Rp      3,5 M
360-390g      Harga Rp         5M
400-600g      Harga Rp       &nbsp 5M per ons
700-900g      Harga Rp        10M per ons
1000g UP      Harga Rp        50M per ons
































































Berkat Jangkrik Omzet Daniel Rp 210 Juta/Bulan

Tribunnews.com - Minggu, 23 September 2012 08:15 WIB
Share this
Share
 Text  +  
Berkat Jangkrik Omzet Daniel Rp 210 Juta/Bulan
Tribun Kaltim/Rachmat Taufik
Daniel Mahendra, pengusaha asal Tenggarong Kalimantan Timur memperlihatkan hasil ternak jangkriknya. 

TRIBUNNEWS.COM, TENGGARONG - Gagal mengembangkan usaha tambak udang, tidak lantas membuat Daniel Mahendra (30) berkecil hati. Kegagalan itu justru meyakinkan dirinya kalau teori tidak sepenuhnya sesuai dengan praktik di lapangan. Dia mencoba bangkit.
Tahun 2008, dia banting setir untuk mulai menekuni usaha ternak jangkrik. Kini, usahanya telah merajai pasar jangkrik di wilayah Kaltim. Bahkan, omzet penjualan jangkriknya menembus Rp 210 juta per bulan.
Daniel melihat bisnis jangkrik ini sangat prospektif. Jangkrik sendiri dimanfaatkan banyak orang untuk pakan burung, pakan tokek, umpan ikan hingga dikonsumsi manusia untuk pengobatan. Kemudian dia meneruskan bisnis jangkrik seseorang yang lagi kolaps.
"Saya membeli 14 kotak jangkrik seharga Rp 9 juta dari seorang pengusaha jangkrik yang mengaku kolaps," tuturnya.
Empatbelas kotak itu tak lain tempat untuk ternak jangkrik. Dari semua kotak itu, tiga diantaranya berisi telur jangkrik dan selebihnya kotak kosong. Atas ketekunan dan kerja kerasnya, telur jangkrik itu sukses dikembangbiakkan hingga menjadi induk jangkrik yang siap dijual.
Dia menjual jangkriknya dengan harga bervariasi antara Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu per kilogram.
"Biasanya, saya memberikan harga lebih murah kepada pengecer, yakni Rp 50 ribu/kg," ujarnya.
Ia memasang harga lebih tinggi daripada peternak atau pedagang jangkrik lainnya. Namun, dia berani menjamin para pelanggannya tidak pernah kehabisan stok jangkrik.
"Saat stok jangkrik kosong di tempat lain, stok jangkrik saya justru terus terjaga kontinuitasnya. Tiap hari saya selalu panen," tuturnya. Selain itu, dia juga menjaga kualitas jangkriknya sehingga tetap diminati pelanggan.
Pelanggan tetap Daniel berjumlah 134 orang yang tersebar di beberapa wilayah Kaltim, seperti Bontang, Sangatta, Samarinda, Tenggarong hingga sampai ke Wahau. Bahkan, Daniel menguasai 70 persen konsumen dari Samarinda.
Omzet penjualan jangkriknya mencapai rata-rata 100 kg per hari, jika dikalkulasi dengan harga Rp 70 ribu/kg maka diperoleh angka Rp 7 juta per hari. Artinya, omzet penjualan jangkrik dalam sebulan mencapai Rp 210 juta.
Kini dia memiliki 100 kotak jangkrik ukuran 60x122x244 cm. Kotak-kotak kayu itu ditopang penyangga kaki seperti halnya sebuah meja. Seratus kotak itu diletakkan berderet saling rapat dalam rumah kayu beratap seng di Jalan Mangkurawang, Kelurahan Baru, Tenggarong.
Bagian atas kotak dipasang lembar kawat yang diberi rongga. Bagian atas kawat berongga tadi dilapisi karung goni sehingga jangkrik tidak mudah lompat keluar.
"Satu kotak ini berisi sekitar 7.000 ekor jangkrik," ujar Daniel.
Tiap hari, dia memanen hasil ternak jangkriknya. Maklum, pertumbuhan jangkrik ini terbilang cepat. Dalam 25 hari, telur jangkrik akan menetas hingga tumbuh dewasa.
Untuk pakan ribuan jangkriknya, Daniel mesti menyiapkan 50 kg gambas tiap hari, batang pisang dan pakan ternak (bama). Sebelumnya, dia memberikan batang pepaya untuk makanan jangkriknya. Namun lantaran pohon pepaya sangat jarang dijumpai di Tenggarong, dia memberikan batang pohon pisang sebagai penggantinya. Pada pagi dan siang, karyawan Daniel memberikan potongan kulit luar batang pohon pisang itu untuk pakan ribuan jangkrik.
"Biasanya, tiga hari sekali karyawan saya mencari batang pohon pisang di sekitar Tenggarong," ucap lelaki muda yang dikaruniai 2 orang anak itu.
Tiap hari dia menyiapkan 200 kg batang pohon pisang untuk pakan jangkrik. Daniel juga menyediakan 20 karung bama (pakan ternak) atau 1 ton bama dalam seminggu. Setidaknya, dia mengeluarkan Rp 30 juta per bulan untuk pakan jangkrik. Untuk melancarkan usahanya, Daniel merekrut 11 orang karyawan yang memiliki peranan masing-masing. Dia menggaji karyawannya Rp 2 juta per orang. Untuk usahanya satu ini, Daniel memiliki rumus sendiri tanpa harus berpegang pada buku teori, referensi internet atau bertanya pada pengusaha jangkrik lainnya.
"Saya malah merasa tak puas kalau nyontek pengusaha jangkrik yang lebih dulu sukses. Saya mencari rumus sendiri. Kita mesti memahami perilaku dan kebutuhan jangkrik itu. Yang paling penting, kita harus selalu menggunakan hati. Saya tidak mau kegagalan dalam usaha tambak udang terulang pada bisnis jangkrik," ucap alumnus perikanan di Universitas Mulawarman ini.






Asyiknya Berbudi Daya Jangkrik
Budidaya jangkrik. TEMPO/Ika Ningtyas

Asyiknya Berbudi Daya Jangkrik

TEMPO Interaktif, Banyuwangi - Ribuan jangkrik muda berlompatan di kandangnya. Mereka saling berebut irisan buah pepaya yang diberikan si peternak.

Jangkrik berukuran 1,5 centimeter itu nampak sehat dibalik kandang yang temperaturnya dijaga supaya tetap hangat. "Dua hari lagi jangkrik siap panen," ujar Hendro, 45 tahun, peternak jangkrik asal Banyuwangi, Rabu (9/2) lalu.

Sudah 20 tahun ini, Hendro mengadu peruntungannya membudidayakan hewan dengan nama latin Liogryllus bimaculatus itu. Bisa dibilang saat ini dialah peternak jangkrik terbesar di Banyuwangi, Jawa Timur. Dia pemasok satu-satunya kebutuhan jangkrik di Banyuwangi. Bahkan permintaan juga sering datang dari Pulau Bali.

Dari 30 kandang jangkrik yang dia kelola sendiri, Hendro yang mulai berkenalan dengan bisnis jangkrik sejak usia 15 tahun ini, bisa memanen satu kuintal ekor jangkrik setiap harinya. Bila dijual di Banyuwangi, harga jangkriknya mencapai Rp 25 ribu per kilogramnya. Harga ini menjadi dua kali lipat lebih mahal bila jangkrik dipasarkan ke Bali.

Tingginya permintaan ini, membuat Hendro tidak lagi mampu membudidayakan sendiri. Dia merekrut 75 petani yang tugasnya menetaskan telur hingga menjadi jangkrik dewasa. Sementara telur dan modal seluruhnya ditanggung Hendro. Saat panen, Hendro membeli jangkrik-jangkrik tersebut seharga Rp 10 ribu per kilogram. "Sekaligus menciptakan lapangan kerja untuk mereka," kata lelaki kelahiran Jember ini.

Budidaya jangkrik ini dibagi dalam dua tahap. Yakni tahap peneluran dan tahap saat telur menetas hingga jangkrik tumbuh dewasa.

Warga Perumahan Puri Camar, Kelurahan Mojopanggung, Banyuwangi itu, bercerita, untuk menghasilkan telur yang baik dia memilih induk dari jangkrik-jangkrik yang super. Salah satu cirinya, kata dia, saat dipegang, jangkrik tidak mengeluarkan lendir pada kulitnya. Satu induk jangkrik ini bisa menghasilkan paling sedikit 500 telur.

Telur-telur ini kemudian diletakkan di dalam kandang atau boks seukuran 120 x 300 centimeter dengan dialasi triplek. Jangan lupa untuk menaburi triplek dengan pakan ayam atau sentrat.Di sekitar boks, tre atau wadah telor ayam disusun bertingkat yang berfungsi sebagai rumah jangkrik ketika telah menetas nanti.

Satu ons telur yang ditetaskan bisa menghasilkan minimal 10 kilogram jangkrik muda. Yang perlu diingat, bahwa jangkrik sangat sensitif terhadap cuaca dingin. Karena itu si peternak harus menjaga boks dalam kondisi hangat. "Cuaca memang ancaman bagi peternak jangkrik," ujar Hendro.

Bila cuaca tidak mendukung, Hendro menggantungkan lampu dengan daya 5 watt yang dihidupkan sepanjang hari. Sementara boks ditutup rapat dengan plastik tebal. Pastikan plastik tidak berlubang sehingga udara dingin tidak masuk.

Ketika jangkrik mulai beranjak dewasa, si peternak juga harus memastikan peliharaannya itu tidak kelaparan karena jangkrik memiliki sifat kanibal atau memakan sesamanya. Makanan bisa berupa sayuran segar atau buah yang harus diberikan dua kali sehari: pagi dan malam hari.

Jangkrik-jangkrik muda ini baru bisa dipanen ketika berusia 20-25 hari dengan panjang tubuh mencapai 1,5 centimeter. Jangkrik muda ini dicari orang untuk pakan burung dan ikan. Apabila usia jangkrik di atas 25 hari, bisa disebut jangkrik tua. Biasanya dipakai untuk pakan lele dan ayam. "Tapi yang paling laris ya jangkrik muda," katanya.

Bagi Anda yang ingin menjajal bisnis satu ini, hanya butuh modal awal sekitar Rp 1,5 juta. Modal tersebut dipakai untuk biaya membeli 1/2 kilogram telur jangkrik, boks, sentrat, sayuran, dan tre atau wadah telur ayam.

Dua puluh hari pertama, Anda bisa menikmati panen jangkrik paling sedikit 50 kilogram atau Rp 1,25 juta. Tentunya keuntungan ini semakin berlipat pada 20 hari berikutnya. Menggiurkan bukan?